Dalam rangka pemanfaatan bambu dan rotan sebagai bahan utama, maka para delegasi CAFA menandatangani sebuah kesepakatan/inisiatif mengenai “Bamboo as Substitute for Plastics in Asia”, dan secara khusus, ASMINDO melakukan penandatanganan MoU dengan China National Furniture Association (CNFA) juga. Terdapat enam bidang kerja sama yang terkandung dalam MoU tersebut, yaitu: (1) pertukaran informasi di industri furnitur, (2) kolaborasi branding, (3) program pelatihan profesional, (4) pasokan material penunjang industri, (5) aktivitas pengembangan berkelanjutan, dan (6) investasi.
Pertama, pertukaran informasi diperlukan untuk saling mengetahui standard, kebijakan, dan peraturan terkait industri furnitur, serta jadwal pameran di kedua negara.
Kedua, kolaborasi pengembangan merek dilakukan dengan cara saling mengisi ruang-ruang pameran di kedua negara dan aktivitas lain seperti seminar, konferensi pers, dan lainnya. Produk-produk furnitur dan kerajinan Indonesia yang dikenal artistik dan berkualitas tinggi yang digarap oleh para pengrajin terampil, perlu lebih dikenal oleh konsumen Cina kelas menengah atas yang menghargai seni dan mencari emotional values.
Ketiga, program pelatihan profesional dilakukan dengan cara melakukan kunjungan pabrik ke Cina oleh para pelaku UKM anggota ASMINDO, mendatangkan ahli teknologi dan manajemen furnitur dari Cina dengan bekerjasama dengan perguruan tinggi di Indonesia. Kegiatan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan manajerial dan penguasaan teknologi para praktisi dan pelaku usaha furnitur Indonesia, terutama UKM.
Keempat, kerjasama terkait pasokan material penunjang industri, diperlukan untuk memudahkan para pelaku industri furnitur Indonesia mendapatkan bahan penunjang yang tepat dengan skala yang efisien untuk meningkatkan kualitas produk jadi.
Kelima, kerjasama terkait pengembangan berkelanjutan dilakukan diantaranya dengan mengembangkan dan mendorong penggunaan bahan baku ramah lingkungan, seperti bambu, rotan, dan serat alam.
Keenam, investasi sangat diperlukan untuk mendanai penelitian dan pengembangan bahan baku ramah lingkungan, seperti penelitian untuk memaksimalkan manfaat bambu dan rotan yang berlimpah di Indonesia. Investasi juga diperlukan untuk menghadirkan teknologi tercanggih yang diperlukan untuk membangun pabrik furnitur modern dan terintegrasi yang ramah lingkungan di Indonesia. Indonesia kaya akan bahan baku ramah lingkungan. Untuk itu aktivitas pengolahannya haruslah dilakukan di Indonesia sehingga memaksimalkan multiplier effect, diantaranya membuka lapangan pekerjaan baru.